Istilah inflasi cukup akrab di telinga saat berbicara tentang perkembangan ekonomi. Istilah ini sangat erat hubungannya dengan harga bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya inflasi di sebuah negara.
Setiap negara bisa saja mengalami inflasi, tetapi mungkin berbeda levelnya. Jika tidak dikendalikan dengan baik, dampak yang muncul bisa lebih luas lagi. Untuk lebih jelasnya, simak pengertian, penyebab, dan dampak inflasi yang bisa muncul di bawah ini!
Baca juga: Jenis Tabungan BRI, Syarat dan Kuntungannya
Menurut Bank Indonesia, Inflasi adalah kenaikan harga produk barang dan jasa secara terus-menerus di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan nilai inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Salah satu metode yang dilakukan oleh BPS melalui Survei Biaya Hidup (SBH).
Inflasi pun tidak bisa dihitung hanya dari kenaikan satu atau dua barang saja. Kenaikan harga yang terjadi harus luas. BPS akan melakukan perhitungan melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) yang terbagi dalam tujuh kelompok, yaitu:
> Bahan makanan
> Makanan jadi, minuman, dan tembakau
> Perumahan
> Sandang
> Kesehatan
> Pendidikan dan olahraga
> Transportasi dan komunikasi
Dari perhitungan tersebut, BPS bisa memberikan data tentang level inflasi yang terjadi. Inflasi bisa terjadi sangat ringan dan bisa dikendalikan oleh pemerintah. Namun, ada juga negara yang mengalami inflasi berat sehingga harga kebutuhan barang pokok sulit dikendalikan.
Indonesia pernah mengalami krisis moneter pada 1998. Kala itu, kenaikan harga barang pokok mencapai lebih dari 77 persen. Hal ini membuat banyak orang kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Penyebab bisa muncul dari banyak faktor, baik dari kebijakan yang dilakukan hingga faktor eksternal yang tidak bisa diprediksi. Berikut sejumlah faktor yang bisa menyebabkan terjadinya inflasi di sebuah wilayah:
Faktor pertama yang bisa menyebabkan adanya inflasi adalah peningkatan permintaan dari suatu barang. Saat permintaan tinggi, sudah pasti barang tersebut bisa jadi sangat langka di pasaran. Hal ini membuat harganya pun menjadi makin tinggi.
Namun, bisa juga permintaan yang meningkat disebabkan oleh aksi belanja besar-besaran oleh sekelompok masyarakat. Kondisi ini biasanya dipicu oleh kekhawatiran atau tindakan spekulasi untuk meraih keuntungan sepihak.
Pemerintah memiliki kebijakan untuk menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Langkah ini diambil untuk menutupi defisit anggaran. Namun, penambahan yang dilakukan harus dikontrol dengan baik.
Saat jumlah uang yang ada terlalu berlebihan, tentu saja akan membuat nilai mata uang tersebut menjadi rendah. Hal ini akan memicu kenaikan harga kebutuhan. Bisa jadi masyarakat memiliki uang yang lebih banyak, tapi perlu mengeluarkan yang lebih banyak juga untuk mencukupi kebutuhan hariannya.
Biaya produksi akan sangat mempengaruhi harga jual ke konsumen. Selain itu, produksi pun akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Sejumlah kondisi sosial dan ekonomi juga perlu dipertimbangkan, seperti kondisi gagal panen hingga penutupan aktivitas impor dari luar negeri.
Hal ini membuat kelangkaan bahan baku terjadi. Kalau ada pun, harganya akan sangat tinggi dan jumlahnya terbatas. Mau tidak mau, pedagang tidak bisa memproduksi sebuah barang dalam jumlah banyak sehingga harganya makin melambung.
Inflasi pun akan memberikan sejumlah dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Berikut sejumlah dampak yang bisa terjadi dari inflasi:
Jika harga mahal dan pendapatan masyarakat tetap, hal ini membuat daya beli masyarakat menjadi turun. Orang tidak lagi mau untuk membeli sebuah produk barang atau jasa. Kondisi ini akan membuat penurunan juga dari keuntungan para pelaku usaha.
Minimnya keuntungan dari usaha dan bisnis akan membuat para pelakunya harus melakukan langkah lain. Salah satunya adalah mengurangi jumlah karyawan untuk mempertahankan bisnisnya tetap berjalan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari berbagai usaha ini membuat meningkatnya pengangguran.
Dampak jangka panjang yang terjadi dari inflasi adalah sulitnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini disebabkan oleh tingginya harga kebutuhan dan sulitnya mendapatkan penghasilan bulanan.
Secara tidak langsung, inflasi juga membuat angka kriminalitas meningkat. Banyak orang yang mendadak melakukan tindak kejahatan demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Kondisi ini juga membuat kondisi di sebuah wilayah menjadi tidak aman.
Ekspor merupakan salah satu cara pemerintah mendapatkan pemasukan negara melalui perdagangan. Sayangnya, inflasi memberikan dampak biaya ekspor yang lebih mahal. Saat biaya tinggi, keuntungan dari nilai ekspor pun akan berkurang.
Dibutuhkan peran semua pihak untuk mengatasi inflasi, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Berikut cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi inflasi:
Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah menarik peredaran uang. Caranya dengan menjual surat berharga ke pihak umum untuk mendapatkan tambahan anggaran pemerintah. Selain itu, pemerintah melalui Bank Indonesia juga bisa meningkatkan suku bunga bank sehingga membuat orang tertarik untuk menyimpan uangnya di bank.
Negara pun perlu berhemat dalam langkah mengatasi inflasi. Salah satunya dengan membatasi impor pada barang-barang tertentu, khususnya barang yang bisa diproduksi sendiri di dalam negeri. Di sisi lain, pendapatan negara melalui pajak pun harus ditingkatkan dengan menaikan tarif pajak.
Kamu pun bisa ikut ambil bagian dalam mengatasi inflasi. Salah satunya dengan berhemat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hindari juga aksi panic buying karena takut kehabisan.
Baca juga: Cara Mudah Mengatur Keuangan Keluarga dengan Penghasilan Minim
Saat ada barang yang langka dan harganya tinggi, kamu bisa mencari barang pengganti atau substitusi. Sebut saja saat harga beras mendadak naik, kamu bisa menggantinya dengan ubi atau jagung yang sama-sama memiliki nilai karbohidrat tinggi untuk dijadikan makanan pokok.
Alih-alih berbelanja barang konsumsi, ada baiknya mulai merencanakan masa depan dengan menabung dan investasi. Pilih jenis tabungan dan investasi yang sesuai dengan kemampuan dan profil risiko. Untuk yang baru memulai investasi, cobalah pilih reksadana yang menawarkan modal investasi terjangkau dan minim risiko.
Baca juga: 10 Daftar Aplikasi Investasi yang Aman dan Terdaftar di OJK
Nah, kamu pun bisa mulai investasi reksadana lebih mudah dari aplikasi LinkAja. Beli produk reksadana terbaik dengan saldo LinkAja dan tingkatkan terus nilainya dari waktu ke waktu. Nikmati kemudahan mengelola keuangan karena #Apa2Bisa pakai LinkAja!